PENDAHULUAN
Untuk menetapkan biaya ke produk, banyak perusahaan
menggunakan sistem kalkulasi biaya pesanan, kalkulasi biaya proses, atau
kalkulasi biaya operasi. Manajemen berdasarkan kegiatan (activity based management) dapat digabungkan dengan sistem
kalkulasi biaya produk tersebut. Suatu batch,
kontrak, atau pesanan menyerap biaya dengan menggunakan sistem pesanan
pekerjaan (job order). Bahan langsung
dari tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan setiap pekerjaan
diidentifikasi dan diakumulasi pada kartu biaya pesanan. Karena sumber daya
overhead pabrik biasanya tidak dapat ditelusuri pada suatu pekerjaan tertentu,
overhead ditetapkan atas dasar hubungan sebab akibat.
Kalkulasi biaya proses mengakumulasi biaya per departemen
untuk suatu periode waktu dan mengalokasikan biaya tersebut diantara produk
yang diproses selama periode berjalan. Kalkulasi biaya proses mengetahui biaya
setiap job (pekerjaan) lebih besar
daripada biaya tambahan yang dikeluarkan jika menggunakan sistem kalkulasi
biaya pesanan. Suatu perusahaan mungkin menemukan bahwa gabungan sistem
kalkulasi biaya proses dan kalkulasi biaya pesanan adalah sistem yang paling
baik dalam memenuhi kebutuhan; sistem seperti ini adalah sistem kalkulasi biaya
operasi. Baik organisasi jasa maupun manufaktur harus memilih sistem yang
paling baik untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Dalam memutuskan apakah akan menggunakan kalkulasi biaya
proses, kalkulasi biaya pesanan, atau kalkulasi biaya operasi, akuntan harus
mempelajari sifat operasi manufaktur perusahaan. Kalkulasi biaya proses
mengakumulasi biaya periode tertentu dalam setiap departemen. Pendekatan ini
berbeda dengan kalkulasi biaya pesanan dimana job menjadi titik penting dalam penetapan biaya. Kalkulasi biaya
proses dapat disesuaikan untuk perusahaan dengan operasi perakitan lini, dimana
terjadi arus produk yang berkesinambungan. Kalkulasi biaya operasi menjadi
lebih tepat jika bahan langsung dapat dialokasikan secara khusus pada batch-batch dan biaya konversi dapat
diterapkan pada semua unit fisik yang melalui operasi tersebut.
Metode rata-rata tertimbang dan FIFO merupakan dua pendekatan
untuk menangani persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses. Kalkulasi biaya
FIFO menunjukkan unit persediaan awal yang terpisah dari biaya yang dibebankan
pada unit yang dimulai dan diselesaikan dalam suatu periode. Perhitungan unit
ekuivalen dalam dua metode ini berbeda karena perlakuan terhadap persediaan
awal. Dengan menggunakan manufaktur JIT, akuntan dapat mengabaikan kalkulasi
unit ekuivalen secara keseluruhan karena terdapat sedikit atau tidak sama
sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu tenggang. Akibat
pengurangan yang subtansial atas tingkat persediaan barang dalam proses dan
barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke persediaan
akhir menjadi berkurang. Sistem JIT membebankan biaya tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik ke harga pokok penjualan secara langsung dan bukan ke barang
dalam proses dan barang jadi. Pengurangan yang subtansial atas biaya akuntansi
mengabaikan penurunan marjinal dalam keakuratan biaya produk perusahaan.
Kalkulasi biaya pesanan mungkin menjadi kurang berguna dalam
penetapan yang terotomasi, karena lot
menjadi sangat kecil untuk memperoleh pesanan pekerjaan (job order) yang unik pada setiap lot. Selain itu, perusahaan juga kurang menyukai pembuatan barang
secara besar-besaran untuk persediaan, Sistem kalkulasi biaya job dan lot memudahkan pendekatan kalkulasi biaya proses dan operasi dalam
manufaktur yang fleksibel.
Setelah barang melewati operasi manufaktur, akuntan
menghitung biaya per unit produk untuk menentukan nilai persediaan. Variabel
yang berbeda menyulitkan penentuan biaya produk dalam proses ini. Sebagai
contoh, penambahan bahan dapat menyebabkan kenaikan biaya per unit atau unit
yang dipertanggung-jawabkan. Adalah lebih sederhana jika bahan yang ditambahkan
tidak meningkatkan unit terkait. Kenaikan unit yang dipertanggung-jawabkan yang
berasal dari penambahan bahan mengharuskan kita menghitung kembali biaya per
unit departemen sebelumnya untuk menyebarkan biaya ini kepada unit yang
bertambah itu.
TEORY
Proses costing merupakan metode
akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan mengalokasikan
biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya dikeluarkan untuk produk,
biasanya dalam batch besar, yang
mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk
unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit,
dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job
costing yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing
unit. Process costing biasanya bab
signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan
untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA
mendefinisikan process costing
sebagai "Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa hasil dari
urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya
dirata-ratakan atas unit yang diproduksi selama periode". Process costing cocok untuk industri
yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah
proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk
biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik
sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai
berikut:
1. Sistem produksi merupakan sistem produksi yang
berjalan terus menerus (intermitten);
2.
Produk yang
dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3.
Tujuan produksi
adalah untuk membentuk persediaan (inventory).
Dalam laporan
pertanggung-jawaban untuk sistem biaya proses ini, terdiri dari 3 bagian yakni:
1. Bagian pertama berisi informasi data
produksi yang sekaligus laporan arus fisik. Perlu dipahami bahwa pengertian
unit dalam bagian ini adalah unit ekuivalen.
2. Bagian kedua berisi informasi total
akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab Manajer Departemen Produksi yang bersangkutan.
3. Bagian ketiga berisi informasi
bagaimana total biaya didistribusikan menjadi nilai dari barang dalam proses
dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode
pertama masih terdapat barang dalam proses pada akhir periode. Dimana barang
dalam proses akhir periode pertama akan diberlakukan sebagai barang dalam
proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada periode kedua sudah
terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya produksi
terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
a. Metode masuk pertama keluar pertama
(FIFO);
b. Metode rata-rata (Average Method).
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan
dengan menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu
periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.
Kalkulasi Metode FIFO
Dalam metode ini, biaya persediaan
awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang ditambahkan pada periode
berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru. Metode ini
menghasilkan 2 angka biaya per unit:
a. Persediaan awal barang dalam proses
yang diselesaikan;
b. Unit yang dimulai dan diselesaikan
dalam periode yang sama.
Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai
satu angka terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit persediaan
awal ditambahkan kebiaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke
departemen berikutnya.
Kalkulasi Metode Rata-rata (Average)
Dalam kalkulasi atau penetapan biaya
rata-rata dalam hal ini, berarti bahwa biaya persediaan awal barang dalam
proses digabungkan dengan periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit yang
ditransfer ke departemen berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang
ditransfer dengan biaya akhir per unit.
Dalam metode rata-rata biaya
persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya
dan biaya bahan, pekerja dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode
itu. Biaya per unit akan ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan
kuantitas produksi ekuivalen. Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke
departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Perbandingan Metode FIFO dan Average
Kalkulasi biaya rata-rata dan
kalkulasi biaya FIFO masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Pemilihan
salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai
prosedur penentuan biaya yang lebih layak dan praktis.
Metode rata-rata umumnya lebih mudah
untuk digunakan karena perhitungannya lebih mudah. Metode ini paling sesuai
jika hanya bahan baku, biaya konversi dan tingkat persediaan stabil. Metode
FIFO paling sesuai digunakan apabila tingkat harga bahan baku, biaya konversi atau
tingkat persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih disukai untuk kepentingan
pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap periode independen terhadap
periode sebelumnya. Perbedaan mendasar diantara kedua metode terutama berkaitan
dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang
dihadapi dalam prosedur akuntansi biaya proses adalah:
a. Penentuan kuantitas produksi dan
tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
b. Perhitungan biaya bahan seringkali
memerlukan analisis yang cermat;
c. Industri yang menggunakan kalkulasi
biaya proses pada umumnya merupakan jenis industry yang banyak menghasilkan
produk (heterogen).
Pengaruh Terjadinya
Produk yang Hilang Dalam Proses terhadap Harga Pokok Produksi per Satuan.
a.
Hilang Awal Proses
b.
Hilang Akhir Proses
Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Persediaan
Produk Dalam Proses Awal
- Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
- Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Metode
Rata-Rata Tertimbang
- Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
- Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode
Masuk Pertama Keluar Pertama
- Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
- Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
- Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Baku Setelah
Departemen Produksi I
Tambahan baku ini
mempunyai 2 kemungkinan :
- Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan. Tambahan initi dak terpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
- Menambah jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Persediaan
Produk Dalam Proses Awal
- Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
- Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Metode Rata-Rata
Tertimbang
- Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
- Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama
Keluar Pertama
- Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
- Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
- Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Baku Setelah
Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
- Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan
Tambahan ini tidak
terpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan,
sehingga tidak mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
- Menambah jumlah produk yang dihasilkan
Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian HPP per
satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K., Usri, Milton F.,
2002, Cost Accounting 13th Edition, Thomson Learning, Singapore.
Carter, William K., Usri, Milton F.,
2004, Cost Accounting 13th Edition (terjemahan), Salemba Empat,
Jakarta.
Mulyadi, Drs, MSc, 2005, Akuntansi
Biaya, Edisi 5, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Tunggal, Amin Wijaya, Drs., Ak.,
MBA., 2009, Pengantar Akuntansi Biaya (Ikhtisar Teori, Soal dan Jawab),
Harvarindo, Jakarta.
Witjaksono, Armanto, 2006, Akuntansi
Biaya, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar