Jumat, 24 Januari 2014

AUDITING: PEMAHAMAN ATAS BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN



PENDAHULUAN
Dalam melakukan suatu perencanaan audit, langkah atau tahapan awal yang dilakukan oleh Auditor adalah: penerimaan penugasan klien, melakukan perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit yakni dengan melakukan  pengujian pengendalian dan subtantif, dan terakhir adalah penyusunan laporan audit. Dalam fokus pembahasan ini adalah tentang perencanaan audit utamanya adalah tentang bagaimana seorang audit memahami atas bisnis dan industry klien untuk memastikan apakah klien memang layak untuk diaudit dan diyakinkan tidak akan menimbulkan resiko dibelakang hari.
Tujuan pemahaman atas bisnis klien tersebut adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis, mengapa hal ini penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja dalam melaksanakan perikatan, mengapa hal ini relevan dengan semua tahap audit, dan bagaimana auditor memperoleh dan menggunakan pengetahuan tersebut.
Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang, menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit. Sebagai contoh, pengetahuan tersebut digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian dan dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit.
Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh manajemen. Daftar hal-hal yang perlu dipertimbangkan mengenai pengetahuan tentang bisnis, dalam perikatan tertentu disajikan dalam lampiran.

PEMEROLEHAN PENGETAHUAN
Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.


Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan diperoleh. Sejauh praktis dilaksanakan, auditor akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan pada awal dimulainya perikatan. Sepanjang perjalanan pekerjaan audit, informasi tersebut akan ditentukan dan dimutakhirkan serta informasi lebih banyak akan diperoleh.
Pemerolehan pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam pengumpulan dan penentuan informasi dan pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta informasi di setiap tahap audit. Sebagai contoh, meskipun informasi dikumpulkan pada tahap perencanaan, biasanya informasi tersebut diperhalus dan ditambah pada tahap audit berikutnya karena auditor dan asistennya belajar lebih banyak tentang bisnis.
Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi kembali informasi yang dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.
Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai sumber. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah:
  1. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
  2. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
  3. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor intern.
  4. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
  5. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi industri badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).
  6. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh pemerintah survai, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran keuangan).
  7. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
  8. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
  9. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang dikirim kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur, buku-buku promosi, Iaporan keuangan dan laporan tahunan tahun sebelumnya, anggaran, laporan manajemen intern, laporan keuangan interim, panduan kebijakan manajemen, panduan akuntansi dan sistem pengendalian intern, daftar akun, deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan penjualan).
PENGGUNAAN PENGETAHUAN
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya membantu auditor dalam :
  1. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.
  2. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
  3. Evaluasi bukti audit
  4. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan auditnya. Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam melakukan pertimbangan tersebut. Sebagai contoh:
  1. Penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian.
  2. Pertimbangan risiko bisnis dan tanggapan manajemen mengenai hal ini.
  3. Pengembangan perencanaan audit secara menyeluruh dan program audit.
  4. Penentuan tingkat materialitas dan penaksiran apakah tingkat materialitas yang dipilih masih memadai.
  5. Penentuan bukti audit untuk menetapkan memadainya dan validitasnya dengan asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
  6. Evaluasi estimasi akuntansi dan representasi manajemen.
  7. Identifikasi bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan audit khusus dan keterampilan khusus.
  8. Untuk menyadari adanya informasi yang bertentangan (seperti, representasi yang berlawanan).
  9. Untuk menyadari keadaan yang luar biasa (seperti, penggelapan dan ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, hubungan yang tidak diharapkan antara data statistik operasi dengan hasil keuangan yang dilaporkan).
  10. Pembuatan permintaan keterangan berbasis informasi dan penentuan apakah jawabannya masuk akal
  11. Pertimbangan tentang memadainya kebijakan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya.
Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten dengan pengetahuan audi-tor tentang bisnis.

Pengetahuan tentang Bisnis-Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan
A. Faktor ekonomi umum
(1)    Tingkat aktivitas ekonomi umum (seperti resesi, pertumbuhan)
(2)    Tarif bunga dan ketersediaan pembiayaan
(3)    Inflasi, devaluasi mata uang
(4)    Kebijakan pemerintah: moneter, fiskal, perpajakan, insentif keuangan, tarif pembatasan perdagangan
(5)    Tarif tukar dan pengendalian mata uang asing
B. Industri-kondisi penting yang berdampak terhadap bisnis klien
(1)   Pasar dan persaingan
(2)   Kegiatan cyclical atau musiman
(3)   Perubahan dalam teknologi produk
(4)   Risiko bisnis (seperti, teknologi tinggi, model tinggi, mudahnya masuk pesaing)
(5)   Penurunan dan peningkatan operasi
(6)   Kondisi yang memburuk (seperti, penurunan permintaan, kapasitas berlebihan persaingan harga yang tajam)
(7)   Ratio kunci dan statistik operasi
(8)   Praktik akuntansi dan masalah tertentu
(9)   Persyaratan lingkungan dan masalah lingkungan
(10) Kerangka (framework) peraturan
(11) Penyediaan dan biaya energi
(12) Praktik khusus atau unik (seperti, yang berkaitan dengan kontrak tenaga kerja, metode pembiayaan, metode akuntansi)
C. Entitas
(1)    Pengelolaan dan kepemilikan-karakteristik penting
(a)    Struktur korporasi-swasta, publik, pemerintah (termasuk adanya perubahan terkini atau yang direncanakan)
(b)    Pemilik dan pihak berkaitan yang menikmati manfaat entitas (lokal, asing, reputasi dan pengalaman bisnis)
(c)     Struktur permodalan (termasuk adanya perubahan terkini atau yang direncanakan)
(d)    Struktur organisasi
(e)     Tujuan, falsafah, rencana strategik manajemen
(f)     Akuisisi, merger, penjualan aktivitas bisnis (yang direncanakan atau yang terkini dilaksanakan)
(g)    Sumber dan metode pembiayaan (kini dan masa lalu)
(h)    Dewan komisaris
     komposisi
-      reputasi dan pengalaman bisnis setiap anggota
-      independensi dan pengendalian terhadap manajemen operasi
-      frekuensi rapat
-      adanya komite audit dan lingkup aktivitasnya
-      adanya kebijakan atas perilaku korporat
-      perubahan dalam penasihat profesional (seperti penasihat hukum)
(i)      Manajemen operasi
-      pengalaman dan reputasi
-      tingkat perputaran
-      personel keuangan kunci dan statusnya dalam organisasi
-      penentuan staf departemen akuntansi
-      sistem pemberian bonus atau insentif sebagai bagian dari remunerasi (seperti didasarkan pada laba)
-      penggunaan prakiraan dan anggaran
-      tekanan terhadap manajemen (seperti, dominasi oleh individu, dukungan untuk harga per saham, batas waktu yang tidak masuk akal untuk mengumumkan hasil)
-      sistem informasi manajemen
(j)      Fungsi audit intern (keberadaan, kualitas)
(k)     Sikap terhadap lingkungan pengendalian
(2)   Bisnis entitas-produk, pasar, pemasok, biaya, operasi
(a)   Sifat bisnis (seperti, manufaktur, wholesaler, jasa keuangan, impor/ekspor)
(b)   Lokasi fasilitas produksi, gudang, kantor
(c)   Ketenagakerjaan (seperti, menurut lokasi, pasokan, tingkat upah, kontrak dengan organisasi buruh, komitmen pensiun, peraturan pemerintah)
(d)   Produk atau jasa dan pasar (seperti, kontrak dan customer utama, syarat pembayaran, laba bersih, pangsa pasar, pesaing, ekspor, kebijakan penentuan harga, reputasi produk, jaminan, buku order, trends, strategi dan sasaran pemasaran, proses manufaktur)
(e)   Pemasok penting barang dan jasa (seperti, kontrak jangka panjang, stabilitas pasokan, syarat pembayaran, impor, metode penyerahan barang seperti just-in-time”)
(f)    Sediaan (seperti lokasi, kualitas)
(g)   Waralaba, lisensi, paten
(h)   Golongan penting biaya
(i)    Riset dan pengembangan
(j)    Aktiva, utang dan transaksi mata uang asing-menurut jenis mata uang, hedg-ing
(k)     Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
(l)    Sistem informasi-kini, rencana perubahan
(m)  Struktur utang, termasuk covenant dan batasan
(3)   Kinerja keuangan-faktor yang berkaitan dengan kondisi keuangan dan profitabilitas entitas
(a)   Ratio kunci dan statistik operasi
(b)   Trends
(4)   Perundang-undangan
(a)   Lingkungan dan persyaratan peraturan
(b)   Perpajakan
(c)   Isu pengukuran dan pengungkapan yang khusus dalam bisnis
(d)   Persyaratan pelaporan audit
(e)   Pemakai laporan keuangan

(Dari berbagai sumber)

Rabu, 22 Januari 2014

PRINCIPLE ACCOUNTING: AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA (TAHAP PENGIKTISARAN)



A.   Cash basis dan accrual basis
Akuntansi mengenal dua dasar yaitu dasar akrual (accrual basis) dan dasar tunai (cash basis). Bilamana terjadi transaksi penjualan/pemberian jasa maupun pengeluaran biaya, maka transaksi-transaksi tersebut akan dicatat ke dalam pembukuan sebagai pendapatan maupun biaya, tanpa memperhatikan kapan penerimaan kas dari hasil penjualan jasa tersebut diterima atau kapan pengeluaran kas atas transaksi pengeluaran biaya tersebut dikeluarkan. Sebaliknya bilamana menggunakan dasar tunai (cash basis) maka proses akuntansi hanya akan mencatat bilamana pendapatan tersebut telah diterima secara phisik (cash) atau biaya benar-benar telah dikeluarkan dari rekening perusahaan tanpa melihat kapan transaksi tersebut terjadi. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia  menghendaki agar perusahaan-perusahaan komersial maupun non profit untuk menggunakan dasar akrual. Bunyi PSAK No. 01 paragraf 22: untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Contoh kasus 1:
Tanggal 01 Agustus 2011 STIAMI menyewakan sebagian ruangan untuk kantin kampus. Harga sewa disepakati Rp. 1.000.000,-- per bulan. Tanggal 7 September 2011 kantin membayar lunas atas biaya sewa bulan Agustus tersebut.

Bila menggunakan dasar akrual (accrual basis)
STIAMI akan mengakui dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 1 Agustus 2011 (saat terjadinya transaksi) bukan tanggal 7 September 2011 (saat penerimaan uang sewa).

Jurnal Umum
01 Agustus 2011       Rent receivable           Rp. 1.000.000,--
                                           Rent income                   Rp. 1.000.000,--
7 September 2011     Cash                             Rp. 1.000.000,--
                                           Rent Receivable            Rp. 1.000.000,--

Bila menggunakan dasar tunai (cash basis)
STIAMI akan mengakui dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 7 September 2011 (saat penerimaan uang sewa) bukan tanggal 01 Agustus 2011 (saat terjadinya transaksi). Dalam jurnal umum STIAMI tidak mengakui sebagai piutang, tapi langsung menjadi pendapatan saat uang sewa diterima.

Jurnal Umum
7 September 2011     Cash                             Rp. 1.000.000,--
                                           Rent income                   Rp. 1.000.000,--

Contoh kasus 2:
Tanggal 10 Agustus 2011 STIAMI membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbaiki atap dan talang karena bocor. Harga bahan bangunan tersebut Rp. 350.000,--. Tanggal 7 September 2011 bahan bangunan tersebut dibayar LUNAS oleh STIAMI.

Bila menggunakan dasar akrual (accrual basis)
STIAMI akan mengakui dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 10 Agustus 2011 (saat terjadinya transaksi) bukan tanggal 25 Agustus 2011 (saat pengeluaran kas).

Jurnal Umum
10 Agustus 2011       Maintenance expense   Rp. 350.000,--
                                           Account payable                     Rp. 350.000,--

7 September 2011     Account payable         Rp. 350.000,--
                                           Cash                                         Rp. 350.000,--

Bila menggunakan dasar tunai (cash basis)
STIAMI akan mengakui dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 25 Agustus 2011 (saat kas keluar) bukan tanggal 10 Agustus 2011 (saat terjadinya transaksi). Dalam jurnal umum STIAMI tidak mengakui sebagai hutang, tapi langsung menjadi beban saat uang keluar untuk melunasi bahan bangunan.

Jurnal Umum
7 September 2011     Maintenance expense   Rp. 350.000,--
                                           Cash                                         Rp. 350.000,--
Keuntungan dari penggunaan dasar akrual adalah perusahaan dapat lebih akurat dalam menyampaikan laporan keuangan atas transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Dalam kasus diatas bilamana STIAMI pada akhir periode bulan membuat laporan keuangan, informasi yang dihasilkan akan lebih mendekati fakta yang ada, karena data-data transaksi yang terjadi telah diakui dan dibukukan perusahaan.

B.   Jurnal penyesuaian
Penyusunan neraca saldo biasanya dilakukan pada tiap-tiap akhir bulan atau pada akhir periode akuntansi. Saldo-saldo ini merupakan ringkasan dari akibat-akibat transaksi yang telah dicatat dalam suatu periode akuntansi. Salah satu tujuan pembuatan neraca saldo adalah untuk mempersiapkan penyusunan laporan keuangan. Namun demikian, laporan keuangan seringkali tidak dapat disusun langsung dari neraca saldo, karena data yang tercantum dalam neraca saldo masih memerlukan penyesuaian terlebih dahulu. Oleh karena itu salah satu tahapan dalam proses menyusun laporan keuangan adalah melakukan penyesuaian pembukuan dengan cara membuat jurnal penyesuaian. Pembuatan penyesuaian pada umumnya berkaitan dengan penentuan laba bersih perusahaan. Seperti kita ketahui, tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan laba, sehingga penentuan laba yang tepat adalah merupakan salah satu fungsi akuntansi yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu dalam akuntansi dikenal beberapa konsep dan prinsip yang erat kaitannya dengan penentuan laba, yakni konsep akuntansi akrual, periode akuntansi, prinsip pendapatan dan prinsip mempertandingkan.

Apa yang dimaksud ayat jurnal penyesuaian? Ayat jurnal penyesuaian adalah: ayat jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo perkiraan-perkiraan ke saldo yang sebenarnya sampai dengan akhir periode akuntansi, atau untuk memisahkan antara penghasilan dan biaya dari suatu periode dengan periode yang lain. Hal-hal yang perlu mendapat penyesuaian pada akhir periode akuntansi adalah:
1.    Persediaan barang dagangan (inventory of merchandise)
Penyesuaian terhadap persediaan barang dagang dapat digunakan dengan dua cara yaitu: dengan memakai perkiraan “harga pokok penjualan (cost of goods sold/COGS)” dan memakai perkiraan “ikhtisar laba rugi (income summary)”

Memakai perkiraan “Harga Pokok Penjualan”
Tahap pertama dengan menutup persediaan awal ke dalam harga pokok penjualan, termasuk pembelian dan ongkos angkut ditutup kedalam harga pokok penjualan.

Cost of goods sold                        xxx
         Purchase                                        xxx
         Freight in                                        xxx
         Inventory of merchandise           xxx

Tahap kedua dengan mendebet persediaan akhir, retur pembelian termasuk discount dan mengkredit harga pokok penjualan.

Inventory of merchandise                xxx
Purchase discount                            xxx
Purchase returns & allowances
         Cost of goods sold                             xxx

Memakai perkiraan “Ikhtisar Laba Rugi”
Tahap pertama dengan menutup persediaan awal ke dalam ikhtisal laba rugi.

Income summary                          xxx
         Inventory of merchandise           xxx

Tahap kedua dengan mendebet persediaan akhir, dan mengkredit ikhtisar laba rugi.

Inventory of merchandise                xxx
         Income summary                               xxx

Untuk selanjutnya akan dijelaskan dalam pembahasan tersendiri.

2.    Beban dibayar dimuka (prepaid expense)
Beban yang dibayar tunai dan dicatat sebagai asset sebelum digunakan atau dikonsumsi disebut dengan beban dibayar di muka, atau pembayaran dimuka (prepayments). Pos-pos ini juga bisa disebut pos Transitoris Aktif, yang akan dijelaskan dalam point C berikutnya.
3.    Pendapatan diterima dimuka (deferred revenue)
Kas yang diterima dan dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatan dihasilkan atau pekerjaan telah diselesaikan disebut dengan pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang belum dihasilkan (unearned revenue). Pos-pos ini juga bisa disebut pos Transitoris Pasif, yang akan dijelaskan dalam point D berikutnya.

4.    Piutang pendapatan (accrual receivable)
Pendapatan yang masih harus diterima atau akrual pendapatan (accrued revenues) adalah pendapatan dihasilkan tetapi kasnya belum diterima atau dicatat pada tanggal laporan. Pos-pos ini juga bisa disebut pos Antisipasi Aktif, yang akan dijelaskan dalam point E berikutnya.

5.    Beban yang masih harus dibayar (accrual payable)
Beban yang masih harus dibayar atau akrual beban (accrued expenses) adalah beban yang terjadi namun belum dibayar atau dicatat pada tanggal laporan. Pos-pos ini juga bisa disebut pos Antisipasi Pasif, yang akan dijelaskan dalam point F berikutnya.

6.    Penyusutan aktiva tetap (depreciation of fixed assets)
Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut, atau cost/expenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara umum.

Ilustrasi
Dari hasil perhitungan penyusutan aktiva tetap per 31 Juli 2011 sebesar Rp. 120.000,-- belum dijurnal oleh pembukuan.

Jurnal :

Depreciation expense                  Rp. 120.000
Accumulated Depreciation                              Rp. 120.000

Saat pencatatan
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (akhir bulan, akhir kwartal, akhir semester maupun akhir tahun buku). Besar-nya
dicatat sebesar nilai penyusutannya.

Untuk selanjutnya akan dijelaskan secara lengkap dalam pembahasan di Akuntansi Keuangan 1.

7.    Taksiran piutang tak tertagih (estimated of bad debts)
Piutang Tak Tertagih timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major, karakteristik pelanggan, dsb. Semakin banyak piutang yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah piutang yang tak terbayar.

Ada dua metode cara memperlakukan Piutang Tak Tertagih ini :

Metode Langsung
Metode yang menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang yang benar-benar sudah diketahui tidak akan dapat dibayar.

Ilustrasi
STIAMI mempunyai saldo piutang kepada mahasiswa per 31 Juli 2011 sejumlah Rp. 2.500.000,- tidak akan dapat ditagih karena mahasiswa tersebut keluar tanpa konfirmasi.

Jurnal :
 Beban Piutang Tak Tertagih       Rp. 2.500.000
Piutang Mahasiswa                                          Rp. 2.500.000

Pada tanggal 30 Agustus 2011 atas Piutang Mahasiswa tersebut yang tadinya sudah dihapus diterima kembali pembayarannya. Karena mahasiswa yang bersangkutan melanjutkan kembali.

Jurnal :
Piutang Mahasiswa                       Rp. 2.500.000,-
           Beban Piutang Tak Tertagih                            Rp. 2.500.000,-

Kas
                                                    Rp. 2.500.000,-
           Piutang Mahasiswa                                          Rp. 5.000.000,-


Metode Penyisihan
Metode yang menggunakan cara penghapusan tidak langsung yaitu cara penyisihan dalam perhitungan piutang yang tidak dapat tertagih. Ada dua dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih, yaitu dari : prosentase Piutang usaha dan prosentase Penjualan Kredit. Ilustrasi kasus untuk perhitungan berdasarkan prosentasi piutang usaha akan dijelaskan secara lengkap dalam mater Akuntansi Keuangan 1. Selanjutnya akan dijelaskan ilustrasi kasus untuk penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan prosentase dari penjualan kredit.

Biasanya untuk menghitung besarnya penyisihan Piutang Tak Tertagih dari persentase jumlah Penjualan Kredit yang diperoleh perusahaan dalam satu tahun akuntansi.

Ilustrasi :
Perusahaan menentukan besarnya Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah 0,5 % dari Penjualan Kredit. Adapun hasil Penjualan Kredit yang diperoleh selama tahun 2010 adalah Rp. 550.000.000,--

Maka Penyisihan Piutang Tak Tertagih = 0,5 % x Rp.
550.000.000 = Rp.2.750.000,--

Jurnal
    Beban Piutang Tak Tertagih        Rp. 2.750.000
               Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 2.750.000

Dari informasi yang diterima, atas piutang PT. ABC sebesar Rp. 1.500.000,- sudah nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi karena perusahaan tersebut sudah pailit. Maka dibuat :

Jurnal
    Penyisihan Piutang Tak Tertagih        Rp.1.500.000,-
                Piutang Dagang-PT. ABC                                       Rp. 1.500.000,-


Adanya itikad bai
k dari manajemen PT. ABC untuk membayar kembali utang dagangnya yang sudah dihapus, maka dibuat :

Jurnal
    Piutang Dagang – PT. ABC                  Rp. 1.500.000,-
                Penyisihan Piutang Tak Tertagih                          Rp. 1.500.000,-

PT. ABC merealisasikan pembayaran Utang Dagangnya, maka dibuat :

Jurnal
    Kas                                                           Rp. 1.500.000,-
                Piutang Dagang-PT. ABC                                       Rp. 1.500.000,-

C.   Pos Transitoris Aktif
Pembayaran dimuka dapat berupa beban beban yang telah dikeluarkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan atau fasilitas sewa belum direalisasikan untuk dipergunakan. Jurnal penyesuaian untuk pembayaran dimuka diperlukan untuk mencatat bagian dari pembayaran tersebut yang merupakan beban yang terjadi selama periode akuntansi berjalan. Jika tidak dibuat jurnal penyesuaian, akibatnya nilai asset yang ada di neraca akan menjadi terlalu tinggi, sedangkan beban yang terkait transaksi tersebut akan menjadi terlalu rendah.

Ketika suatu biaya dibayar dimuka, akun asset didebit untuk menunjukkan jasa atau manfaat yang akan diterima dari asset tersebut di masa depan. Pembayaran dimuka seringkali terjadi dalam hal asuransi (insurance), perlengkapan (supplies), pemasangan iklan (advertising), dan sewa (rent). Selain itu, pembayaran dimuka juga dicatat ketika perusahaan membeli gedung maupun peralatan. Pembayaran dimuka menajdi kadaluwarsa (lewat) sejalan dengan berlalunya waktu (misalnya sewa dan asuransi) atau melalui penggunaan dan konsumsi (misalnya: perlengkapan).

ASURANSI (INSURANCE). Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, biasanya banyak perusahaan yang mengasuransikan gedung maupun fasilitas-fasilitas lainnya yang dianggap penting supaya dapat penjaminan yang lebih baik. Biasanya asuransi yang diminati diantaranya adalah asuransi kebakaran, kehilangan, kerugian/kecelakaan dan sebagainya. Beban asuransi perlindungan tersebut ditentukan oleh jumlah premi asuransi yang dibayarkan. Jangka waktu minimum perlindungan asuransi biasanya satu tahun, namun jangka waktu 3-5 tahun juga tersedia dengan premi tahunan yang lebih rendah. Saat transaksi terjadi, premi asuransi dicatat sebagai akun Asuransi dibayar dimuka (prepaid insurance). Saat daluwarsa, jurnal penyesuaiannya adalah debet untuk beban asuransi (insurance expense), dan dikredit asuransi dibayar dimuka.

Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI mengasuransikan gedung yang berada di Jl Mardani Raya untuk jangka waktu 6 bulan kedepan. Asuransi yang dijaminkan adalah asuransi kebakaran. Nilai premi untuk jangka 6 bulan sebesar Rp. 6.000.000,--.

Tanggal 1 Agustus 2011 STIAMI membuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

                Insurance expense    Rp. 1.000.000,--
                           Prepaid insurance                           Rp. 1.000.000,--

Hitungan: Rp.6.000.000 : 6 bulan = Rp. 1.000.000,--

PERLENGKAPAN (SUPPLIES). Perusahan menggunakan berbagai jenis perlengkapan. Sebagai contoh, STIAMI sebagai suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan operasionalnya banyak memerlukan perlengkapan kantor (office supplies) seperti, alat tulis kantor, perangko, amplop, kertas, spidol, penghapus papan tulis dan sebagainya. Perusahaan periklanan memiliki perlengkapan iklan (advertising supplies) seperti kertas grafis, film video, dan kertas poster. Biasanya, untuk efesiensi, perusahaan membeli/belanja kebutuhan perlengkapan dalam porsi lebih, misalnya untuk kebutuhan satu sampai dua bulan kedepan. Dengan berlangsungnya kegiatan perusahaan, jumlah perlengkapan menyusut karena digunakan, namun pengakuan penggunaan atau dikonsumsinya ditunda hingga proses penyesuaiannya di akhir periode. Di akhir periode tersebut pemeriksaan atau perhitungan secara fisik dilakukan, selisih antara saldo yang tercatat dalam akun perlengakapan (asset) dan jumlah fisik perlengkapan yang masih tersisa menunjukkan perlengkapan yang dipakai (beban) selama periode yang bersangkutan.

Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI belanja kebutuhan perlengkapan, baik untuk kebutuhan kantor maupun pendidikan  untuk jangka waktu 2 bulan kedepan. Nilai belanja perlengkapan tersebut sebesar Rp. 3.000.000,--.

Tanggal 1 Juli 2011 saat STIAMI belanja perlengkapan, jurnalnya:

                Supplies                       Rp. 3.000.000,--
                           Cash                                                  Rp. 3.000.000,--

Tanggal 1 Agustus 2011 STIAMI melakukan perhitungan fisik perlengkapan (stock opname), ternyata nilai perlengkapan tinggal Rp. 1.250.000,-- maka perlu dibuat jurnal penyesuaian:

                Supplies expense       Rp. 1.750.000,--
                           Supplies                                            Rp. 1.750.000,--

Hitungan: Rp.3.000.000 – Rp.1.250.000,--  = Rp. 1.750.000,--

IKLAN (ADVERTISING). Salah satu cara untuk memperkenalkan produk-produk yang dihasilkan baik perusahaan maupun lembaga pendidikan adalah dengan melakukan promosi maupun iklan yang akan diterbitkan oleh media, baik elektronik maupun media cetak. Pemasangan iklan dapat berjangka berapa kali tayang maupun dalam bentuk harian, bulanan dan sebagainya. Biasanya setiap pemasangan iklan, pembayaran beban iklan dilakukan dimuka yang disampaikan kepada para agen-agen, sebelum diteruskan kepada penerbit atau media elektronik lainnya.

Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI memasang iklan di Surat kabar Republika untk 12 kali terbit. Iklan tersebut akan diterbitkan dalam bulan Juli, Agustus sampai dengan pertengahan September 2011. Biaya iklan dibayar dimuka sebesar Rp. 6.000.000,--yang dibayar pada tanggal tersebut.

Tanggal 1 Juli 2011 saat STIAMI bayar iklan untuk 12 terbitan, jurnalnya:

                Prepaid Advertising    Rp. 6.000.000,--
                           Cash                                                  Rp. 6.000.000,--

Tanggal 31 Juli 2011 ternyata Republika baru menerbitkan sebanyak 5 kali, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian:

                Advertising expense  Rp. 1.200.000,--
                           Prepaid Advertising                          Rp. 1.200.000,--

Hitungan: Rp.6.000.000  : 5 kali  = Rp. 1.200.000,--


SEWA (RENT). Tidak semua perusahaan dalam menjalankan usahanya mempunyai gedung maupun fasilitas kantor sendiri. Banyak ditemukan dilapangan perusahaan-perusahaan tersebut menyewa gedung maupun ruangan kantor sebagai tempat untuk beroperasi usahanya. Pertimbangan mereka diantaranya disamping lebih efesien, perusahaan dapat pindah lokasi bilamana kondisi bisnisnya sudah tidak menguntungkan lagi. Sewa kantor biasanya dilakukan mulai dari 6 bulan, 1 tahun bahkan sampai dengan diatas 5 tahun. Biasanya para penyewa jangka panjang ini mempunyai jangkauan bisnis relative luas/besar. Pembayaran sewa biasanya dilakukan dimuka. Seandainya dibayar melalui termint biasanya pelunasannya kurang dari 5 bulan.

Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI membayar sewa gedung di Jl. Mardanai raya untuk jangka waktu sewa 1 tahun. Periode sewa adalah 1 Juli 2011 s/d 30 Juni 2012. Biaya sewa disepakati sebesar Rp. 60.000.000,-- per tahun dan dilunasi pada tanggal tersebut.

Tanggal 1 Juli 2011 saat STIAMI melunasi sewa gedung, jurnalnya:

                Prepaid Rent               Rp. 60.000.000,--
                           Cash                                                  Rp. 60.000.000,--

Tanggal 1 Agustus 2011 saat STIAMI menutup pembukuan bulan Juli 2011, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian:

                Rent expense              Rp. 5.000.000,--
                           Prepaid Rent                                    Rp. 5.000.000,--

Hitungan: Rp.50.000.000  : 12 bulan  = Rp. 5.000.000,--


D.   Pos Transitoris Pasif
Seperti telah disinggung dalam penjelasan diatas, bahwa kas yang telah diterima oleh perusahaan sebelum pendapatan dihasilkan disebut Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue). Pos-pos seperti sewa, langganan majalah, dan tanda jadi yang dibayarkan oleh pelanggan untuk mendapatkan layanan atau jasa di masa depan adalah contoh dari pendapatan diterima dimuka. STIAMI menerima pembayaran uang kuliah dari mahasiswa untuk satu atau dua semester kedepan merupakan salah satu contoh atas pendapatan diterima dimuka.

Ketika pembayaran diterima atas jasa yang akan diberikan pada periode akuntansi mendatang, akun pendapatan diterima dimuka (akun kewajiban) akan dikreditkan (bertambah) untuk mencatat kewajiban yang timbul. Kemudian, pendapatan diterima dimuka akan dihasilkan jika jasa telah diberikan kepada pelanggan. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan yang dihasilkan ditunda hingga akhir periode. Selanjutnya jurnal penyesuaian dibuat untuk mencatat pendapatan yang telah dihasilkan dan menunjukkan sisa saldo kewajiban tersisa. Sebelum jurnal penyesuaian dibuat, kewajiban disajikan terlalu tinggi dan pendapatan terlalu rendah.

Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI menerima uang kuliah dari mahasiswa untuk 2 semester kedepan. Periode semester adalah 1 Juli 2011 s/d 31 Desember 2011 semester 1, dan 1 Januari 2012 s/d 30 Juni 2012 semester 2. Nila dana pendidikan tersebut sebesar Rp. 2.000.000,-- per 2 semester dan dilunasi pada tanggal tersebut.

Tanggal 1 Juli 2011 saat STIAMI menerima uang kuliah, jurnalnya:

                Cash                             Rp. 2.000.000,--
                           Unearned Revenue                          Rp. 2.000.000,--

Tanggal 1 Januari 2012 saat STIAMI menutup pembukuan per Desember 2011, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian:

                Unearned Revenue   Rp. 1.000.000,--
                           Revenue                                           Rp. 1.000.000,--

Hitungan: Rp.2.000.000  : 2 semester  = Rp. 1.000.000,--

E.   Pos Antisipasi Aktif
Pendapatan yang masih harus diterima atau piutang usaha (account receivable) dapat terakumulasi (terakru) sejalan dengan berlalunya waktu, contohnya pendapatan bunga dan pendapatan sewa. Penerimaan pendapatan ini belum dicatat/diakui karena proses dihasilkannya bunga atau sewa tidak dicatat dalam jurnal harian. Atau juga dapat berupa jasa yang telah diselesaikan tetapi belum ditagihkan maupun dibayar oleh penerima jasa.

Jurnal penyesuaian diperlukan untuk dua tujuan, yakni menunjukkan piutang yang ada pada tanggal neraca, dan mencatat pendapatan yang telah dihasilkan selama periode berjalan. Sebelum jurnal penyesuaian ini dibuat, saldo asset dan pendapatan disajikan terlalu rendah.

Ilustrasi
STIAMI menyewakan sebagian ruangannya karena belum digunakan selama satu tahun terhitung dari 1 Juli 2011 sampai dengan 30 Juni 2012. Biaya sewa selama satu tahun disepakati yaitu Rp. 3.000.000.00. dan diterima dibelakang yaitu pada 30 Juni 2012. Pada tanggal 1 Juli 2011, STIAMI tidak membuat jurnal karena tidak ada transaksi penerimaan kas, sedangkan pendapatan sewa juga belum bisa diakui karena pemakaian belum ada 1 bulan atau perusahaan belum menutup buku periode.

Jika perusahaan membuat laporan keuangan pada 31 Juli 2011, maka pendapatan yang harus diterima untuk tahun 2011 adalah Rp. 250.000.00 yaitu sewa untuk jangka waktu 1 bulan terhitung dari 1 Juli 2011 sampai 31 Juli 2011 meskipun kasnya belum diterima. Pos antisipasi demikian menimbulkan adanya tagihan sewa yang akan dilaporkan sebagai aktiva yaitu sewa masih akan diterima atau piutang sewa.

Tanggal 31 Juli 2011 saat STIAMI membuat jurnal penyesuaian:

                Rent Receivable         Rp. 200.000,--
                           Revenue                                           Rp. 200.000,--

Hitungan: Rp.3.000.000  : 12 bulan  = Rp. 250.000,--


F.    Pos Antisipasi Pasif
Biaya yang belum dibayar dengan kas akan tetapi sudah menjadi kewajiban perusaahaan disebut pos antisipasi pasif. Transaksi yang terjadi dalam akun ini biasanya adalah, bunga, sewa, pajak, listrik, telpon, gaji dan sebagainya. Beban yang belum dibayar memiliki penyebab yang sama dengan pendapatan yang masih harus diterima. Kenyataannya, beban yang masih harus dibayar bagi sebuah perusahaan merupakan pendapatan yang masih harus diterima bagi perusahaan yang lain.  Penyesuaian untuk beban dibayar dimuka diperlukan untuk dua tujuan, yakni mencatat kewajiban yang ada di tanggal neraca, dan mengakui beban yang terjadi pada periode berjalan. Sebelum jurnal penyesuaian ini dibuat, saldo kewajiban dan beban disajikan terlalu rendah.
GAJI. Beberapa perusahaan ada yang membayar sebagian gaji karyawannya pada awal bulan. Contohnya adalah beban gaji karyawan dan komisi. Pada STIAMI pembayaran gaji karyawan tetap dilakukan pada tanggal 26 Juli, sedangkan untuk dosen tidak tetap dan karyawan non tetap ditetapkan pembayaran honor maupun komisi tanggal 5 Agustus. Sebagaimana diperlihatkan dalam kalender, untuk bulan Juli masih tersisa tiga hari kerja (29-31 Juli). Pada tanggal 31 Juli, gaji untuk tiga hari kerja terakhir di bulan Juli merupakan akrual beban dan kewajiban yang terkait. Contoh yang mudah bisa dilihat dalam ilustrasi dibawah ini.
Ilustrasi
Tanggal 5 Agustus 2011 STIAMI membayar honor dosen dan tenaga non tetap sebesar Rp. 25.000.000,-. Beban honor tersebut merupakan beban yang terjadi untuk masa kerja tanggal 1 s/d 31 Juli 2011. Tanggal 31 Juli 2011 STIAMI menutup buku periode Juli 2011.

Jurnalnya penyesuaian tanggal 31 Juli 2011:

                Salary expense           Rp. 25.000.000,--
                           Salary Payable                                 Rp. 25.000.000,--

Jurnalnya saat pembayaran tanggal 5 Agustus 2011:

                Salary payable            Rp. 25.000.000,--
                           Cash                                                  Rp. 25.000.000,--

Setelah jurnal penyesuaian tersebut, saldo beban gaji sebesar Rp. 25.000.000,- merupakan beban gaji yang sesungguhnya untuk bulan Juli 2011. Saldo Hutang gaji sebesar Rp. 25.000.000,-- dalam Neraca merupakan jumlah kewajiban gaji yang terutang per tanggal 31 Juli 2011. Tanpa jurnal penyesuaian tersebut, saldo beban maupun kewajiban STIAMI akan menjadi terlalu rendah. Contoh transaksi tersebut perlakuannya sama pada transaksi beban listrik, telpon, PAM dan sejenisnya yang realsisasi pembayaran bebannya baru dibayar setelah periode bulan berikutnya.

G.   Neraca Saldo setelah penyesuaian
Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan dibukukan, neraca saldo yang lain disusun berdasarkan akun-akun buku besar. Neraca ini disebut Neraca Saldo Setelah penyesuaian (adjusted trial balance). Tujuannya adalah membuktikan kesamaan saldo total debit dan saldo total kredit di buku besar setelah seluruh jurnal penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di neraca saldo disesuaikan berisikan seluruh data yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan.
Dari contoh neraca lajur (work sheets) http://www.4shared.com/file/AzW-NA6Oce/kasus1.html (klik alamat ini) diatas dapat dilihat bahwa  nilai awal neraca saldo sebelum ada pneyesuaian sebesar Rp. 329.725 ribu. Beberapa akun yang dibuatkan jurnal penyesuaian diantaranya pendapatan sewa, beban gaji, perlengkapan, asuransi, iklan, sewa dan penyusutan aktiva tetap, sehingga nilai neraca saldo setelah penyesuaian sebesar Rp. 355.045 ribu. Nilai ini adalah nilai akurat yang menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan seperti, Neraca (balance sheets), Laporan Laba (Rugi) (statements of income), Perubahan modal atau saldo Laba (statements of equity).

PERTANYAAN

1.  Apa yang Sdr ketahui tentang Pos Transitoris Aktif, Pos Transitoris Pasif, Pos Antisipasi Aktif dan Pos Antisipasi Pasif. Berikan contoh untuk masing-masing transaksi tersebut.
2.     Apa perbedaan antara akuntansi yang berbasis akrual dan akuntansi berbasis kas?.
3.  Buku besar Ahmad Advertising mencakup akun-akun seperti: asuransi dibayar dimuk, beban penyusutan, pendapatan diterima dimuka dan utang gaji. Jelaskan mengapa setiap akun tersebut membutuhkan penyesuaian?.

KASUS-KASUS

Kasus 1. Devi Celuler Service menerima jasa service seluler dengan berbagai merk hand phone. Data penyesuaian pada tanggal 31 Agustus 2011 sebagai berikut:
1.    Jasa service yang telah dilakukan namun belum dicatat nilainya Rp.750.000,--.
2.    Perlengkapan service yang telah habis dipergunakan sebesar Rp.150.000,--.
3.  Beban listrik, telpon dan air sebesar Rp.285.000,-- sampai akhir bulan belum dibayar.
4.    Menerima jasa service dimuka dari Agus sebesar Rp.30.000,-- tapi pekerjaan baru akan diselesaikan pada bulan September 2011.
5. Beban gaji dan upah yang belum dibayar sampai Agustus 2011 sebesar Rp.300.000,--.
6.    Asuransi yang telah dibayar dimuka sebesar Rp. 432.000,-- telah daluwarsa.

Diminta:
Untuk transaksi diatas, Sdr diminta:
a.    Kelompokan mana yang masuk dalam transaksi pos transitoris aktif, pos transitoris pasif, pos antisipasi aktif dan pos antisipasi pasif.
b.    Buat jurnal penyesuaian atas transaksi diatas.
c.  Gambarkan kondisi akun baik sebelum maupun setelah penyesuaian (nilainya terlalu tinggi atau terlalu rendah).

Kasus 2. Sisi Anisa mendirikan usaha jasa pengetikan dengan nama Cycy Service. Selama awal operasi bulan September 2011 sebagai berikut:
1.    Setor modal  awal untuk usaha sebesar Rp.10.750.000,--.
2.    Membeli perlengkapan sebesar Rp.650.000,--.
3.  Membeli 1 unit computer untuk operasional usaha berikut printer dengan total pembelian Rp.4.350.000,--.
4.    Menerima jasa pengetikan sekripsi yang telah diselesaikan sebesar Rp.65.000,- dan telah dibayar lunas.
5.  Membayar dimuka biaya promosi dan iklan untuk surat kabar lokal yang akan diterbitkan 5 kali penerbitan sebesar Rp.200.000,--.
6.  Menerima jasa pengetikan makalah Rp.50.000,-- yang penyelesaiannya bulan Oktober 2011.

Data lain yang belum dicatat oleh bagian akuntansi sampai akhir bulan adalah :
a.    Honor operator computer sebesar Rp.75.000,-- baru akan dibayar pada awal bulan Oktober 2011.
b.    Beban listrik, telpon dan air sebesar Rp. 120.000,-- belum dibayar.
c.   Pendapatan borongan pengetikan buku untuk suatu lembaga pendidikan sebesar Rp.500.000,-- yang telah selesai belum diakui.
d.    Perhitungan penyusutan aktiva tetap Rp. 78.000,-- belum dicatat.

Diminta:
Untuk transaksi diatas, Sdr diminta:
a.    Membuat jurnal umum atas transaksi yang terjadi selama bulan September 2011.
b.    Buat jurnal penyesuaian atas transaksi diatas.
c.   Susun Neraca Saldo, masukkan jurnal penyesuaian, kemudian buat neraca saldo setelah penyesuaian.