A.
Cash
basis dan accrual basis
Akuntansi mengenal
dua dasar yaitu dasar akrual (accrual
basis) dan dasar tunai (cash basis).
Bilamana terjadi transaksi penjualan/pemberian jasa maupun pengeluaran biaya,
maka transaksi-transaksi tersebut akan dicatat ke dalam pembukuan sebagai
pendapatan maupun biaya, tanpa memperhatikan kapan penerimaan kas dari hasil
penjualan jasa tersebut diterima atau kapan pengeluaran kas atas transaksi
pengeluaran biaya tersebut dikeluarkan. Sebaliknya bilamana menggunakan dasar
tunai (cash basis) maka proses
akuntansi hanya akan mencatat bilamana pendapatan tersebut telah diterima
secara phisik (cash) atau biaya benar-benar
telah dikeluarkan dari rekening perusahaan tanpa melihat kapan transaksi
tersebut terjadi. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia menghendaki agar perusahaan-perusahaan
komersial maupun non profit untuk menggunakan dasar akrual. Bunyi PSAK No. 01
paragraf 22: untuk mencapai tujuannya,
laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pengguna
tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas
tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan. Oleh karena itu, laporan
keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya
yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Contoh kasus 1:
Tanggal 01 Agustus
2011 STIAMI menyewakan sebagian ruangan untuk kantin kampus. Harga sewa
disepakati Rp. 1.000.000,-- per bulan. Tanggal 7 September 2011 kantin membayar
lunas atas biaya sewa bulan Agustus tersebut.
Bila menggunakan dasar akrual (accrual basis)
STIAMI akan mengakui
dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 1 Agustus 2011 (saat
terjadinya transaksi) bukan tanggal 7 September 2011 (saat penerimaan uang
sewa).
Jurnal Umum
01
Agustus 2011 Rent receivable Rp. 1.000.000,--
Rent
income Rp. 1.000.000,--
7 September 2011 Cash Rp. 1.000.000,--
Rent
Receivable Rp. 1.000.000,--
Bila menggunakan dasar tunai (cash basis)
STIAMI akan mengakui
dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 7 September 2011 (saat
penerimaan uang sewa) bukan tanggal 01 Agustus 2011 (saat terjadinya
transaksi). Dalam jurnal umum STIAMI tidak mengakui sebagai piutang, tapi
langsung menjadi pendapatan saat uang sewa diterima.
Jurnal Umum
7 September 2011 Cash Rp. 1.000.000,--
Rent
income Rp. 1.000.000,--
Contoh kasus 2:
Tanggal 10 Agustus
2011 STIAMI membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbaiki atap dan talang
karena bocor. Harga bahan bangunan tersebut Rp. 350.000,--. Tanggal 7 September
2011 bahan bangunan tersebut dibayar LUNAS oleh STIAMI.
Bila menggunakan dasar akrual (accrual basis)
STIAMI akan mengakui
dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 10 Agustus 2011 (saat
terjadinya transaksi) bukan tanggal 25 Agustus 2011 (saat pengeluaran kas).
Jurnal Umum
10 Agustus 2011 Maintenance
expense Rp. 350.000,--
Account
payable Rp. 350.000,--
7 September 2011 Account
payable Rp. 350.000,--
Cash Rp. 350.000,--
Bila menggunakan dasar tunai (cash basis)
STIAMI akan mengakui
dan akan menjurnal atas transaksi tersebut pada tanggal 25 Agustus 2011 (saat kas
keluar) bukan tanggal 10 Agustus 2011 (saat terjadinya transaksi). Dalam jurnal
umum STIAMI tidak mengakui sebagai hutang, tapi langsung menjadi beban saat
uang keluar untuk melunasi bahan bangunan.
Jurnal Umum
7 September 2011 Maintenance
expense Rp. 350.000,--
Cash Rp. 350.000,--
Keuntungan dari penggunaan dasar akrual adalah
perusahaan dapat lebih akurat dalam menyampaikan laporan keuangan atas
transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Dalam kasus diatas
bilamana STIAMI pada akhir periode bulan membuat laporan keuangan, informasi
yang dihasilkan akan lebih mendekati fakta yang ada, karena data-data transaksi
yang terjadi telah diakui dan dibukukan perusahaan.
B.
Jurnal
penyesuaian
Penyusunan neraca
saldo biasanya dilakukan pada tiap-tiap akhir bulan atau pada akhir periode
akuntansi. Saldo-saldo ini merupakan ringkasan dari akibat-akibat transaksi
yang telah dicatat dalam suatu periode akuntansi. Salah satu tujuan pembuatan
neraca saldo adalah untuk mempersiapkan penyusunan laporan keuangan. Namun
demikian, laporan keuangan seringkali tidak dapat disusun langsung dari neraca
saldo, karena data yang tercantum dalam neraca saldo masih memerlukan
penyesuaian terlebih dahulu. Oleh karena itu salah satu tahapan dalam proses
menyusun laporan keuangan adalah melakukan penyesuaian pembukuan dengan cara
membuat jurnal penyesuaian. Pembuatan penyesuaian pada umumnya berkaitan dengan
penentuan laba bersih perusahaan. Seperti kita ketahui, tujuan utama perusahaan
adalah mendapatkan laba, sehingga penentuan laba yang tepat adalah merupakan
salah satu fungsi akuntansi yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu
dalam akuntansi dikenal beberapa konsep dan prinsip yang erat kaitannya dengan
penentuan laba, yakni konsep akuntansi akrual, periode akuntansi, prinsip
pendapatan dan prinsip mempertandingkan.
Apa yang dimaksud
ayat jurnal penyesuaian? Ayat jurnal penyesuaian adalah: ayat jurnal yang
dibuat untuk menyesuaikan saldo perkiraan-perkiraan ke saldo yang sebenarnya
sampai dengan akhir periode akuntansi, atau untuk memisahkan antara penghasilan
dan biaya dari suatu periode dengan periode yang lain. Hal-hal yang perlu
mendapat penyesuaian pada akhir periode akuntansi adalah:
1. Persediaan barang dagangan (inventory of merchandise)
Penyesuaian terhadap
persediaan barang dagang dapat digunakan dengan dua cara yaitu: dengan memakai
perkiraan “harga pokok penjualan (cost of goods sold/COGS)” dan memakai
perkiraan “ikhtisar laba rugi (income summary)”
Memakai
perkiraan “Harga Pokok Penjualan”
Tahap pertama dengan
menutup persediaan awal ke dalam harga pokok penjualan, termasuk pembelian dan
ongkos angkut ditutup kedalam harga pokok penjualan.
Cost
of goods sold xxx
Purchase xxx
Freight
in xxx
Inventory
of merchandise xxx
Tahap kedua dengan
mendebet persediaan akhir, retur pembelian termasuk discount dan mengkredit harga pokok penjualan.
Inventory
of merchandise xxx
Purchase
discount xxx
Purchase
returns & allowances
Cost of
goods sold xxx
Memakai
perkiraan “Ikhtisar Laba Rugi”
Tahap pertama dengan
menutup persediaan awal ke dalam ikhtisal laba rugi.
Income
summary xxx
Inventory
of merchandise xxx
Tahap kedua dengan
mendebet persediaan akhir, dan mengkredit ikhtisar laba rugi.
Inventory
of merchandise xxx
Income
summary xxx
Untuk selanjutnya akan dijelaskan dalam pembahasan
tersendiri.
2. Beban dibayar dimuka (prepaid expense)
Beban yang dibayar tunai dan dicatat sebagai asset
sebelum digunakan atau dikonsumsi disebut dengan beban dibayar di muka, atau
pembayaran dimuka (prepayments).
Pos-pos ini juga bisa disebut pos
Transitoris Aktif, yang akan dijelaskan dalam point C berikutnya.
3. Pendapatan diterima dimuka (deferred revenue)
Kas yang diterima dan
dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatan dihasilkan atau pekerjaan telah
diselesaikan disebut dengan pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang
belum dihasilkan (unearned revenue).
Pos-pos ini juga bisa disebut pos
Transitoris Pasif, yang akan dijelaskan dalam point D berikutnya.
4. Piutang pendapatan (accrual receivable)
Pendapatan yang masih
harus diterima atau akrual pendapatan (accrued
revenues) adalah pendapatan dihasilkan tetapi kasnya belum diterima atau
dicatat pada tanggal laporan. Pos-pos ini juga bisa disebut pos Antisipasi Aktif, yang akan
dijelaskan dalam point E berikutnya.
5. Beban yang masih harus dibayar (accrual payable)
Beban yang masih
harus dibayar atau akrual beban (accrued
expenses) adalah beban yang terjadi namun belum dibayar atau dicatat pada
tanggal laporan. Pos-pos ini juga bisa disebut pos Antisipasi Pasif, yang akan dijelaskan dalam point F
berikutnya.
6. Penyusutan aktiva tetap (depreciation of fixed assets)
Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di
alokasikan ke dalam Harga Pokok
Produksi atau Biaya Operasional
akibat penggunaan aktiva tetap tersebut, atau cost/expenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau
biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan
operasional perusahaan secara umum.
Ilustrasi
Dari hasil perhitungan penyusutan aktiva tetap per 31 Juli 2011 sebesar Rp. 120.000,-- belum dijurnal oleh pembukuan.
Dari hasil perhitungan penyusutan aktiva tetap per 31 Juli 2011 sebesar Rp. 120.000,-- belum dijurnal oleh pembukuan.
Jurnal :
Depreciation expense Rp. 120.000
Accumulated Depreciation Rp. 120.000
Saat pencatatan
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (akhir
bulan, akhir kwartal, akhir semester maupun akhir tahun buku).
Besar-nya
dicatat sebesar nilai penyusutannya.
dicatat sebesar nilai penyusutannya.
Untuk selanjutnya akan dijelaskan secara lengkap dalam
pembahasan di Akuntansi Keuangan 1.
7. Taksiran piutang tak tertagih (estimated of bad debts)
Piutang Tak Tertagih
timbul karena adanya resiko piutang yang tidak dapat terbayar oleh debitur
perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major, karakteristik pelanggan,
dsb. Semakin banyak piutang yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah
piutang yang tak terbayar.
Ada dua metode cara memperlakukan Piutang Tak Tertagih ini :
Metode Langsung
Metode yang
menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang yang benar-benar sudah
diketahui tidak akan dapat dibayar.
Ilustrasi
STIAMI mempunyai saldo piutang kepada mahasiswa per 31 Juli 2011 sejumlah Rp. 2.500.000,- tidak akan dapat ditagih karena mahasiswa tersebut keluar tanpa konfirmasi.
Jurnal :
Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 2.500.000
Piutang Mahasiswa Rp. 2.500.000
Pada tanggal 30
Agustus 2011 atas Piutang Mahasiswa tersebut yang tadinya sudah
dihapus diterima kembali pembayarannya. Karena
mahasiswa yang bersangkutan melanjutkan kembali.
Jurnal :
Piutang Mahasiswa Rp. 2.500.000,-
Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 2.500.000,-
Kas Rp. 2.500.000,-
Piutang Mahasiswa Rp. 5.000.000,-
Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 2.500.000,-
Kas Rp. 2.500.000,-
Piutang Mahasiswa Rp. 5.000.000,-
Metode Penyisihan
Metode yang
menggunakan cara penghapusan tidak langsung yaitu cara penyisihan dalam
perhitungan piutang yang tidak dapat tertagih. Ada dua dasar perhitungan
penyisihan piutang tak tertagih, yaitu dari : prosentase Piutang usaha dan prosentase Penjualan Kredit. Ilustrasi kasus untuk perhitungan berdasarkan prosentasi piutang usaha
akan dijelaskan secara lengkap dalam mater Akuntansi Keuangan 1. Selanjutnya akan
dijelaskan ilustrasi kasus untuk penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan
prosentase dari penjualan kredit.
Biasanya untuk menghitung besarnya penyisihan Piutang Tak Tertagih dari persentase jumlah Penjualan Kredit yang diperoleh perusahaan dalam satu tahun akuntansi.
Ilustrasi :
Perusahaan menentukan
besarnya Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah 0,5 % dari Penjualan Kredit.
Adapun hasil Penjualan Kredit yang diperoleh selama tahun 2010 adalah Rp. 550.000.000,--
Maka Penyisihan Piutang Tak Tertagih = 0,5 % x Rp.550.000.000 = Rp.2.750.000,--
Jurnal
Beban Piutang Tak Tertagih Rp. 2.750.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 2.750.000
Dari informasi
yang diterima, atas piutang PT. ABC sebesar Rp. 1.500.000,- sudah nyata-nyata tidak dapat
ditagih lagi karena perusahaan tersebut sudah pailit. Maka dibuat :
Jurnal
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp.1.500.000,-
Piutang Dagang-PT. ABC Rp. 1.500.000,-
Adanya itikad baik dari manajemen PT. ABC untuk membayar kembali utang dagangnya yang sudah dihapus, maka dibuat :
Jurnal
Piutang Dagang – PT. ABC Rp. 1.500.000,-
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 1.500.000,-
PT. ABC merealisasikan pembayaran Utang Dagangnya, maka dibuat :
Jurnal
Kas Rp. 1.500.000,-
Piutang Dagang-PT. ABC Rp. 1.500.000,-
C. Pos
Transitoris Aktif
Pembayaran dimuka
dapat berupa beban beban yang telah dikeluarkan terlebih dahulu sebelum
pekerjaan atau fasilitas sewa belum direalisasikan untuk dipergunakan. Jurnal
penyesuaian untuk pembayaran dimuka diperlukan untuk mencatat bagian dari
pembayaran tersebut yang merupakan beban yang terjadi selama periode akuntansi
berjalan. Jika tidak dibuat jurnal penyesuaian, akibatnya nilai asset yang ada
di neraca akan menjadi terlalu tinggi, sedangkan beban yang terkait transaksi
tersebut akan menjadi terlalu rendah.
Ketika suatu biaya
dibayar dimuka, akun asset didebit untuk menunjukkan jasa atau manfaat yang
akan diterima dari asset tersebut di masa depan. Pembayaran dimuka seringkali
terjadi dalam hal asuransi (insurance),
perlengkapan (supplies), pemasangan
iklan (advertising), dan sewa (rent). Selain itu, pembayaran dimuka
juga dicatat ketika perusahaan membeli gedung maupun peralatan. Pembayaran
dimuka menajdi kadaluwarsa (lewat) sejalan dengan berlalunya waktu (misalnya
sewa dan asuransi) atau melalui penggunaan dan konsumsi (misalnya:
perlengkapan).
ASURANSI (INSURANCE). Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, biasanya
banyak perusahaan yang mengasuransikan gedung maupun fasilitas-fasilitas
lainnya yang dianggap penting supaya dapat penjaminan yang lebih baik. Biasanya
asuransi yang diminati diantaranya adalah asuransi kebakaran, kehilangan,
kerugian/kecelakaan dan sebagainya. Beban asuransi perlindungan tersebut
ditentukan oleh jumlah premi asuransi yang dibayarkan. Jangka waktu minimum
perlindungan asuransi biasanya satu tahun, namun jangka waktu 3-5 tahun juga
tersedia dengan premi tahunan yang lebih rendah. Saat transaksi terjadi, premi
asuransi dicatat sebagai akun Asuransi dibayar dimuka (prepaid insurance). Saat
daluwarsa, jurnal penyesuaiannya adalah debet untuk beban asuransi (insurance
expense), dan dikredit asuransi dibayar dimuka.
Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI
mengasuransikan gedung yang berada di Jl Mardani Raya untuk jangka waktu 6
bulan kedepan. Asuransi yang dijaminkan adalah asuransi kebakaran. Nilai premi
untuk jangka 6 bulan sebesar Rp. 6.000.000,--.
Tanggal 1 Agustus 2011
STIAMI membuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Insurance expense Rp. 1.000.000,--
Prepaid
insurance Rp.
1.000.000,--
Hitungan: Rp.6.000.000 : 6 bulan = Rp. 1.000.000,--
PERLENGKAPAN (SUPPLIES). Perusahan menggunakan berbagai jenis perlengkapan.
Sebagai contoh, STIAMI sebagai suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan
operasionalnya banyak memerlukan perlengkapan kantor (office supplies) seperti, alat tulis kantor, perangko, amplop,
kertas, spidol, penghapus papan tulis dan sebagainya. Perusahaan periklanan
memiliki perlengkapan iklan (advertising
supplies) seperti kertas grafis, film video, dan kertas poster. Biasanya,
untuk efesiensi, perusahaan membeli/belanja kebutuhan perlengkapan dalam porsi
lebih, misalnya untuk kebutuhan satu sampai dua bulan kedepan. Dengan
berlangsungnya kegiatan perusahaan, jumlah perlengkapan menyusut karena
digunakan, namun pengakuan penggunaan atau dikonsumsinya ditunda hingga proses
penyesuaiannya di akhir periode. Di akhir periode tersebut pemeriksaan atau
perhitungan secara fisik dilakukan, selisih antara saldo yang tercatat dalam
akun perlengakapan (asset) dan jumlah fisik perlengkapan yang masih tersisa
menunjukkan perlengkapan yang dipakai (beban) selama periode yang bersangkutan.
Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011 STIAMI
belanja kebutuhan perlengkapan, baik untuk kebutuhan kantor maupun
pendidikan untuk jangka waktu 2 bulan
kedepan. Nilai belanja perlengkapan tersebut sebesar Rp. 3.000.000,--.
Tanggal 1 Juli 2011
saat STIAMI belanja perlengkapan, jurnalnya:
Supplies Rp. 3.000.000,--
Cash Rp.
3.000.000,--
Tanggal 1 Agustus
2011 STIAMI melakukan perhitungan fisik perlengkapan (stock opname), ternyata
nilai perlengkapan tinggal Rp. 1.250.000,-- maka perlu dibuat jurnal
penyesuaian:
Supplies expense Rp. 1.750.000,--
Supplies Rp.
1.750.000,--
Hitungan: Rp.3.000.000 – Rp.1.250.000,-- = Rp. 1.750.000,--
IKLAN (ADVERTISING). Salah satu cara untuk memperkenalkan produk-produk yang dihasilkan baik
perusahaan maupun lembaga pendidikan adalah dengan melakukan promosi maupun
iklan yang akan diterbitkan oleh media, baik elektronik maupun media cetak.
Pemasangan iklan dapat berjangka berapa kali tayang maupun dalam bentuk harian,
bulanan dan sebagainya. Biasanya setiap pemasangan iklan, pembayaran beban
iklan dilakukan dimuka yang disampaikan kepada para agen-agen, sebelum
diteruskan kepada penerbit atau media elektronik lainnya.
Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011
STIAMI memasang iklan di Surat kabar Republika untk 12 kali terbit. Iklan
tersebut akan diterbitkan dalam bulan Juli, Agustus sampai dengan pertengahan
September 2011. Biaya iklan dibayar dimuka sebesar Rp. 6.000.000,--yang dibayar
pada tanggal tersebut.
Tanggal 1 Juli 2011
saat STIAMI bayar iklan untuk 12 terbitan, jurnalnya:
Prepaid Advertising Rp. 6.000.000,--
Cash Rp.
6.000.000,--
Tanggal 31 Juli 2011 ternyata
Republika baru menerbitkan sebanyak 5 kali, maka perlu dibuat jurnal
penyesuaian:
Advertising expense Rp. 1.200.000,--
Prepaid
Advertising Rp.
1.200.000,--
Hitungan: Rp.6.000.000 : 5 kali
= Rp. 1.200.000,--
SEWA (RENT). Tidak semua perusahaan dalam menjalankan usahanya
mempunyai gedung maupun fasilitas kantor sendiri. Banyak ditemukan dilapangan
perusahaan-perusahaan tersebut menyewa gedung maupun ruangan kantor sebagai
tempat untuk beroperasi usahanya. Pertimbangan mereka diantaranya disamping
lebih efesien, perusahaan dapat pindah lokasi bilamana kondisi bisnisnya sudah
tidak menguntungkan lagi. Sewa kantor biasanya dilakukan mulai dari 6 bulan, 1
tahun bahkan sampai dengan diatas 5 tahun. Biasanya para penyewa jangka panjang
ini mempunyai jangkauan bisnis relative
luas/besar. Pembayaran sewa biasanya dilakukan dimuka. Seandainya dibayar
melalui termint biasanya pelunasannya
kurang dari 5 bulan.
Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011
STIAMI membayar sewa gedung di Jl. Mardanai raya untuk jangka waktu sewa 1
tahun. Periode sewa adalah 1 Juli 2011 s/d 30 Juni 2012. Biaya sewa disepakati
sebesar Rp. 60.000.000,-- per tahun dan dilunasi pada tanggal tersebut.
Tanggal 1 Juli 2011
saat STIAMI melunasi sewa gedung, jurnalnya:
Prepaid Rent Rp. 60.000.000,--
Cash Rp.
60.000.000,--
Tanggal 1 Agustus
2011 saat STIAMI menutup pembukuan bulan Juli 2011, maka perlu dibuat jurnal
penyesuaian:
Rent expense Rp. 5.000.000,--
Prepaid
Rent Rp.
5.000.000,--
Hitungan: Rp.50.000.000 : 12 bulan
= Rp. 5.000.000,--
D. Pos
Transitoris Pasif
Seperti telah
disinggung dalam penjelasan diatas, bahwa kas yang telah diterima oleh
perusahaan sebelum pendapatan dihasilkan disebut Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue). Pos-pos seperti
sewa, langganan majalah, dan tanda jadi yang dibayarkan oleh pelanggan untuk
mendapatkan layanan atau jasa di masa depan adalah contoh dari pendapatan
diterima dimuka. STIAMI menerima pembayaran uang kuliah dari mahasiswa untuk
satu atau dua semester kedepan merupakan salah satu contoh atas pendapatan
diterima dimuka.
Ketika pembayaran
diterima atas jasa yang akan diberikan pada periode akuntansi mendatang, akun
pendapatan diterima dimuka (akun kewajiban) akan dikreditkan (bertambah) untuk
mencatat kewajiban yang timbul. Kemudian, pendapatan diterima dimuka akan
dihasilkan jika jasa telah diberikan kepada pelanggan. Dalam hal ini, pengakuan
pendapatan yang dihasilkan ditunda hingga akhir periode. Selanjutnya jurnal
penyesuaian dibuat untuk mencatat pendapatan yang telah dihasilkan dan
menunjukkan sisa saldo kewajiban tersisa. Sebelum jurnal penyesuaian dibuat,
kewajiban disajikan terlalu tinggi dan pendapatan terlalu rendah.
Ilustrasi
Tanggal 1 Juli 2011
STIAMI menerima uang kuliah dari mahasiswa untuk 2 semester kedepan. Periode
semester adalah 1 Juli 2011 s/d 31 Desember 2011 semester 1, dan 1 Januari 2012
s/d 30 Juni 2012 semester 2. Nila dana pendidikan tersebut sebesar Rp.
2.000.000,-- per 2 semester dan dilunasi pada tanggal tersebut.
Tanggal 1 Juli 2011
saat STIAMI menerima uang kuliah, jurnalnya:
Cash Rp. 2.000.000,--
Unearned
Revenue Rp. 2.000.000,--
Tanggal 1 Januari 2012
saat STIAMI menutup pembukuan per Desember 2011, maka perlu dibuat jurnal
penyesuaian:
Unearned Revenue Rp. 1.000.000,--
Revenue Rp. 1.000.000,--
Hitungan: Rp.2.000.000
: 2 semester = Rp. 1.000.000,--
E. Pos
Antisipasi Aktif
Pendapatan yang masih
harus diterima atau piutang usaha (account
receivable) dapat terakumulasi (terakru) sejalan dengan berlalunya waktu,
contohnya pendapatan bunga dan pendapatan sewa. Penerimaan pendapatan ini belum
dicatat/diakui karena proses dihasilkannya bunga atau sewa tidak dicatat dalam
jurnal harian. Atau juga dapat berupa jasa yang telah diselesaikan tetapi belum
ditagihkan maupun dibayar oleh penerima jasa.
Jurnal penyesuaian
diperlukan untuk dua tujuan, yakni menunjukkan piutang yang ada pada tanggal
neraca, dan mencatat pendapatan yang telah dihasilkan selama periode berjalan.
Sebelum jurnal penyesuaian ini dibuat, saldo asset dan pendapatan disajikan
terlalu rendah.
Ilustrasi
STIAMI
menyewakan sebagian ruangannya karena belum
digunakan selama satu tahun terhitung dari 1 Juli 2011 sampai dengan 30 Juni 2012. Biaya sewa selama satu
tahun disepakati yaitu Rp. 3.000.000.00. dan diterima
dibelakang yaitu pada
30 Juni 2012. Pada tanggal 1 Juli 2011, STIAMI tidak membuat jurnal
karena tidak ada transaksi penerimaan kas, sedangkan pendapatan sewa juga belum
bisa diakui karena pemakaian belum ada 1 bulan atau perusahaan belum menutup
buku periode.
Jika perusahaan membuat laporan keuangan
pada 31 Juli 2011,
maka pendapatan yang harus diterima untuk tahun 2011 adalah Rp. 250.000.00 yaitu sewa untuk
jangka waktu 1 bulan terhitung dari 1 Juli 2011 sampai 31 Juli 2011 meskipun kasnya belum
diterima. Pos antisipasi demikian menimbulkan adanya tagihan sewa yang akan
dilaporkan sebagai aktiva
yaitu sewa masih akan diterima atau piutang
sewa.
Tanggal 31 Juli 2011
saat STIAMI membuat jurnal penyesuaian:
Rent Receivable Rp. 200.000,--
Revenue Rp. 200.000,--
Hitungan: Rp.3.000.000
: 12 bulan = Rp. 250.000,--
F. Pos
Antisipasi Pasif
Biaya
yang belum dibayar dengan kas akan tetapi sudah menjadi kewajiban perusaahaan disebut pos antisipasi
pasif. Transaksi yang terjadi dalam akun ini biasanya adalah, bunga,
sewa, pajak, listrik, telpon, gaji dan sebagainya. Beban yang belum dibayar
memiliki penyebab yang sama dengan pendapatan yang masih harus diterima.
Kenyataannya, beban yang masih harus dibayar bagi sebuah perusahaan merupakan
pendapatan yang masih harus diterima bagi perusahaan yang lain. Penyesuaian untuk beban dibayar dimuka
diperlukan untuk dua tujuan, yakni mencatat kewajiban yang ada di tanggal
neraca, dan mengakui beban yang terjadi pada periode berjalan. Sebelum jurnal
penyesuaian ini dibuat, saldo kewajiban dan beban disajikan terlalu rendah.
GAJI. Beberapa perusahaan ada yang membayar sebagian gaji karyawannya
pada awal bulan. Contohnya adalah beban gaji karyawan dan komisi. Pada STIAMI
pembayaran gaji karyawan tetap dilakukan pada tanggal 26 Juli, sedangkan untuk
dosen tidak tetap dan karyawan non tetap ditetapkan pembayaran honor maupun
komisi tanggal 5 Agustus. Sebagaimana diperlihatkan dalam kalender, untuk bulan
Juli masih tersisa tiga hari kerja (29-31 Juli). Pada tanggal 31 Juli, gaji
untuk tiga hari kerja terakhir di bulan Juli merupakan akrual beban dan
kewajiban yang terkait. Contoh yang mudah bisa dilihat dalam ilustrasi dibawah
ini.
Ilustrasi
Tanggal 5 Agustus
2011 STIAMI membayar honor dosen dan tenaga non tetap sebesar Rp. 25.000.000,-.
Beban honor tersebut merupakan beban yang terjadi untuk masa kerja tanggal 1
s/d 31 Juli 2011. Tanggal 31 Juli 2011 STIAMI menutup buku periode Juli 2011.
Jurnalnya penyesuaian
tanggal 31 Juli 2011:
Salary expense Rp. 25.000.000,--
Salary
Payable Rp.
25.000.000,--
Jurnalnya saat
pembayaran tanggal 5 Agustus 2011:
Salary payable Rp. 25.000.000,--
Cash Rp.
25.000.000,--
Setelah jurnal
penyesuaian tersebut, saldo beban gaji sebesar Rp. 25.000.000,- merupakan beban
gaji yang sesungguhnya untuk bulan Juli 2011. Saldo Hutang gaji sebesar Rp.
25.000.000,-- dalam Neraca merupakan jumlah kewajiban gaji yang terutang per
tanggal 31 Juli 2011. Tanpa jurnal penyesuaian tersebut, saldo beban maupun
kewajiban STIAMI akan menjadi terlalu rendah. Contoh transaksi tersebut perlakuannya sama pada transaksi beban
listrik, telpon, PAM dan sejenisnya yang realsisasi pembayaran bebannya baru dibayar
setelah periode bulan berikutnya.
G. Neraca
Saldo setelah penyesuaian
Setelah semua jurnal penyesuaian
dicatat dan dibukukan, neraca saldo yang lain disusun berdasarkan akun-akun
buku besar. Neraca ini disebut Neraca Saldo Setelah penyesuaian (adjusted trial balance). Tujuannya
adalah membuktikan kesamaan saldo total debit dan saldo total kredit di buku
besar setelah seluruh jurnal penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di
neraca saldo disesuaikan berisikan seluruh data yang dibutuhkan untuk menyusun
laporan keuangan.
Dari contoh neraca lajur (work sheets) http://www.4shared.com/file/AzW-NA6Oce/kasus1.html (klik alamat ini) diatas dapat dilihat
bahwa nilai awal neraca saldo sebelum
ada pneyesuaian sebesar Rp. 329.725 ribu. Beberapa akun yang dibuatkan jurnal
penyesuaian diantaranya pendapatan sewa, beban gaji, perlengkapan, asuransi,
iklan, sewa dan penyusutan aktiva tetap, sehingga nilai neraca saldo setelah
penyesuaian sebesar Rp. 355.045 ribu. Nilai ini adalah nilai akurat yang
menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan seperti, Neraca (balance sheets), Laporan Laba (Rugi) (statements of income), Perubahan modal
atau saldo Laba (statements of equity).
PERTANYAAN
1. Apa yang Sdr ketahui tentang Pos Transitoris Aktif,
Pos Transitoris Pasif, Pos Antisipasi Aktif dan Pos Antisipasi Pasif. Berikan
contoh untuk masing-masing transaksi tersebut.
2. Apa perbedaan antara akuntansi yang berbasis akrual
dan akuntansi berbasis kas?.
3. Buku besar Ahmad Advertising mencakup akun-akun
seperti: asuransi dibayar dimuk, beban penyusutan, pendapatan diterima dimuka
dan utang gaji. Jelaskan mengapa setiap akun tersebut membutuhkan penyesuaian?.
KASUS-KASUS
Kasus 1.
Devi Celuler Service menerima jasa service seluler dengan berbagai merk hand
phone. Data penyesuaian pada tanggal 31 Agustus 2011 sebagai berikut:
1. Jasa service yang telah dilakukan namun belum dicatat
nilainya Rp.750.000,--.
2. Perlengkapan service yang telah habis dipergunakan
sebesar Rp.150.000,--.
3. Beban listrik, telpon dan air sebesar Rp.285.000,--
sampai akhir bulan belum dibayar.
4. Menerima jasa service dimuka dari Agus sebesar
Rp.30.000,-- tapi pekerjaan baru akan diselesaikan pada bulan September 2011.
5. Beban gaji dan upah yang belum dibayar sampai Agustus
2011 sebesar Rp.300.000,--.
6. Asuransi yang telah dibayar dimuka sebesar Rp.
432.000,-- telah daluwarsa.
Diminta:
Untuk
transaksi diatas, Sdr diminta:
a. Kelompokan mana yang masuk dalam transaksi pos transitoris
aktif, pos transitoris pasif, pos antisipasi aktif dan pos antisipasi pasif.
b. Buat jurnal penyesuaian atas transaksi diatas.
c. Gambarkan kondisi akun baik sebelum maupun setelah
penyesuaian (nilainya terlalu tinggi atau terlalu rendah).
Kasus 2. Sisi
Anisa mendirikan usaha jasa pengetikan dengan nama Cycy Service. Selama awal
operasi bulan September 2011 sebagai berikut:
1. Setor modal awal
untuk usaha sebesar Rp.10.750.000,--.
2. Membeli perlengkapan sebesar Rp.650.000,--.
3. Membeli 1 unit computer untuk operasional usaha
berikut printer dengan total pembelian Rp.4.350.000,--.
4. Menerima jasa pengetikan sekripsi yang telah
diselesaikan sebesar Rp.65.000,- dan telah dibayar lunas.
5. Membayar dimuka biaya promosi dan iklan untuk surat
kabar lokal yang akan diterbitkan 5 kali penerbitan sebesar Rp.200.000,--.
6. Menerima jasa pengetikan makalah Rp.50.000,-- yang
penyelesaiannya bulan Oktober 2011.
Data lain yang belum dicatat oleh
bagian akuntansi sampai akhir bulan adalah :
a. Honor operator computer sebesar Rp.75.000,-- baru akan
dibayar pada awal bulan Oktober 2011.
b. Beban listrik, telpon dan air sebesar Rp. 120.000,--
belum dibayar.
c. Pendapatan borongan pengetikan buku untuk suatu
lembaga pendidikan sebesar Rp.500.000,-- yang telah selesai belum diakui.
d. Perhitungan penyusutan aktiva tetap Rp. 78.000,--
belum dicatat.
Diminta:
Untuk
transaksi diatas, Sdr diminta:
a. Membuat jurnal umum atas transaksi yang terjadi selama
bulan September 2011.
b. Buat jurnal penyesuaian atas transaksi diatas.
c. Susun Neraca Saldo, masukkan jurnal penyesuaian,
kemudian buat neraca saldo setelah penyesuaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar