Minggu, 24 Agustus 2014

PERBEDAAN METODE TRADISIONAL DAN METODE ABC



Harga pokok produksi adalah proses pengumpulan, pengelompokkan dan pembebanan biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Metode tradisional dikenal dengan istilah akuntansi biaya tradisional. Akuntansi biaya tradisional, membebankan BOP ke unit produk individual dengan menggunakan jam kerja langsung atau jam kerja mesin. Dalam sistem biaya Tradisional, pemicu biaya yang digunakan hanya didasarkan atas unit saja, yang diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin, atau biaya bahan. Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah. Selain sistem biaya Tradisional, terdapat perhitungan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas yang kita kenal dengan nama Activity Based Costing (ABC). Metode Activity Based Costing mendasarkan pada anggapan bahwa jika produk mengkonsumsi banyak sumber daya overhead (memakai banyak aktivitas), maka produk tersebut harus menanggung BOP yang lebih besar daripada produk lain yang hanya mengkonsumsi sumber daya sedikit. “Activity Based Costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut”. Aktivitas adalah kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas.
Akuntansi biaya tradisional, dalam membebankan BOP melibatkan 2 tahap yaitu (1) BOP dibebankan ke unit organisasional (departemen), dan (2) kemudian BOP dibebankan ke produk. Sedangkan dalam sistem ABC, tahap yang pertama adalah mengusut biaya ke aktivitas di pusat kegiatan atau cost pool (bukan pembebanan ke unit organisasi), dan tahap yang kedua adalah pembebanan biaya ke produk. Perbedaan mendasar antara metode Activity Based Costing dengan metode tradisional adalah dalam pembebanan BOP. Pada tahap kedua, penekanannya adalah atributasi secara langsung (dengan mencari hubungan sebab dan akibat), sedangkan pada metode tradisional tahap ini kebanyakan menggunakan alokasi dan mengabaikan hubungan sebab akibat. ABC menggunakan pemacu biaya aktivitas yang berdasarkan unit (unit-based activity driver) dan menggunakan cost driver yang berdasarkan pada non-unit (nonunit-based activity driver). Perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah bahwa semua sistem ABC merupakan sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap tergantung dari departemen atau pusat biaya lain dibuat. Beberapa sistem tradisional ada yang terdiri satu tahap akan tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume dapat menyediakan biaya yang cukup akurat. Hal tersebut dapat terjadi ketika operasi perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.      Lini produk dan jasa yang hanya beberapa dan mirip.
b.      Biaya overhead yang relatif rendah.
c.      Proses konversi yang homogen untuk seluruh produk atau jasa.
d.      Jalur distribusi, permintaan pelanggan dan pelanggan yang serupa.
Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak biaya yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Hal ini dapat menyebabkan distorsi/kekeliruan pembebanan biaya. Keterbatasan utama dari sistem penentuan harga pokok tradisional adalah penggunaan tarif tunggal yang mendasarkan pada volume. Distorsi dari sistem biaya overhead berdasarkan volume meningkat ketika keanekaragaman produk meningkat, karena sistem biaya ini:
a.      Dirancang untuk menentukan biaya produk secara keseluruhan, bukan berdasarkan karakteristik-karakteristik unit produksi dalam operasi yang berbeda.
b.      Menggunakan penggerak biaya yang berlaku di seluruh perusahaan dan mengabaikan perbedaan aktivitas untuk produk atau proses produksi yang berbeda dalam pabrik atau departemen.
c.      Menggunakan volume aktivitas untuk seluruh operasi seperti jam atau nilai dolar (satuan mata uang) tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk mendistribusikan biaya overhead ke seluruh produk sementara aktivitas tertentu adalah bagian kecil dari aktivitas keseluruhan.
d.      Kurang menekankan analisa produk jangka panjang.

ABC system menjadikan aktivitas sebagai titik pusat kegiatan. Oleh karena aktivitas dapat dijumpai baik di perusahaan manufaktur, jasa, maupun perusahaan retail, maka ABC system dapat diterapkan sama baiknya di ketiga tipe perusahaan tersebut. Dengan sistem Activity Based Costing ini, untuk pertama kalinya perusahaan jasa dan perusahaan dagang dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk mengurangi biaya dan penentuan kos produk atau jasa. Manfaat penggunaan metode Activity Based Costing antara lain:
a.      Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
Penerapan metode activity based costing akan meningkatan ketepatan pengambilan keputusan karena penentuan harga pokok produk lebih informatif. Keputusan yang tidak tepat sering terjadi karena informasi berdasarkan unit yang disajikan mengalami distorsi. Metode activity based costing mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk.
b.      Aktivitas perbaikan secara terus-menerus untuk mengurangi biaya overhead pabrik
Umumnya perusahaan saat ini menginginkan adanya penurunan biaya overhead pabrik. Penurunan biaya overhead pabrik tersebut dilakukan dengan cara menetapkan perbaikan secara terus-menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menetapkan metode activity based costing, manajer akan memahami bahwa aktivitas akan memicu timbulnya biaya. Oleh karena itu aktivitas-aktivitas yang tidak ada nilai tambah harus dihilangkan. Dengan demikian akan memaksa manajemen untuk menyederhanakan operasi. Misalnya denagn mengurangi aktivitas penanganan persediaan, akan mengurangi biaya total.
c.      Mempermudah menentukan relevant cost
Penerapan metode activity based costing akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Misalkan jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru meningkatkan aktivitas yang berlevel batch, maka pembuatan keputusan dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi.

*) Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar