Jumat, 07 Februari 2014

PROCESS COSTING



PENDAHULUAN
Dalam ilmu manajemen khususnya pada konteks akuntasi biaya terkhusus lagi pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses yang sangat dibutuhkan dalam konsep perusahaan. Tapi, yang menjadi pertanyaanya kemudian bagaimanakah subtansi dari process costing tersebut. Hal ini memang agak sulit untuk kita pahami karena process costing ini memerlukan banyak referensi dan juga wawasan yang luas dan pengalaman yang cukup banyak itu kemudian di implementasikan. Oleh karena itulah masalah tersebut akan di bahas didalam makalah ini. Dalam kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi dipertanggung-jawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis system akumulasi biaya: pertama, sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order cost system) dan kedua, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process cost system). Pada umumnya, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses lebih ekonomis daripada sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Sebaliknya, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses hanya dapat digunakan apabila yang diproduksi dalam satu departemen atau pusat biaya adalah produk sejenis atau homogen.
Untuk menetapkan biaya ke produk, banyak perusahaan menggunakan sistem kalkulasi biaya pesanan, kalkulasi biaya proses, atau kalkulasi biaya operasi. Manajemen berdasarkan kegiatan (activity based management) dapat digabungkan dengan sistem kalkulasi biaya produk tersebut. Suatu batch, kontrak, atau pesanan menyerap biaya dengan menggunakan sistem pesanan pekerjaan (job order). Bahan langsung dari tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan setiap pekerjaan diidentifikasi dan diakumulasi pada kartu biaya pesanan. Karena sumber daya overhead pabrik biasanya tidak dapat ditelusuri pada suatu pekerjaan tertentu, overhead ditetapkan atas dasar hubungan sebab akibat.
Kalkulasi biaya proses mengakumulasi biaya per departemen untuk suatu periode waktu dan mengalokasikan biaya tersebut diantara produk yang diproses selama periode berjalan. Kalkulasi biaya proses mengetahui biaya setiap job (pekerjaan) lebih besar daripada biaya tambahan yang dikeluarkan jika menggunakan sistem kalkulasi biaya pesanan. Suatu perusahaan mungkin menemukan bahwa gabungan sistem kalkulasi biaya proses dan kalkulasi biaya pesanan adalah sistem yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan; sistem seperti ini adalah sistem kalkulasi biaya operasi. Baik organisasi jasa maupun manufaktur harus memilih sistem yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Dalam memutuskan apakah akan menggunakan kalkulasi biaya proses, kalkulasi biaya pesanan, atau kalkulasi biaya operasi, akuntan harus mempelajari sifat operasi manufaktur perusahaan. Kalkulasi biaya proses mengakumulasi biaya periode tertentu dalam setiap departemen. Pendekatan ini berbeda dengan kalkulasi biaya pesanan dimana job menjadi titik penting dalam penetapan biaya. Kalkulasi biaya proses dapat disesuaikan untuk perusahaan dengan operasi perakitan lini, dimana terjadi arus produk yang berkesinambungan. Kalkulasi biaya operasi menjadi lebih tepat jika bahan langsung dapat dialokasikan secara khusus pada batch-batch dan biaya konversi dapat diterapkan pada semua unit fisik yang melalui operasi tersebut.
Metode rata-rata tertimbang dan FIFO merupakan dua pendekatan untuk menangani persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses. Kalkulasi biaya FIFO menunjukkan unit persediaan awal yang terpisah dari biaya yang dibebankan pada unit yang dimulai dan diselesaikan dalam suatu periode. Perhitungan unit ekuivalen dalam dua metode ini berbeda karena perlakuan terhadap persediaan awal. Dengan menggunakan manufaktur JIT, akuntan dapat mengabaikan kalkulasi unit ekuivalen secara keseluruhan karena terdapat sedikit atau tidak sama sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu tenggang. Akibat pengurangan yang subtansial atas tingkat persediaan barang dalam proses dan barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke persediaan akhir menjadi berkurang. Sistem JIT membebankan biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik ke harga pokok penjualan secara langsung dan bukan ke barang dalam proses dan barang jadi. Pengurangan yang subtansial atas biaya akuntansi mengabaikan penurunan marjinal dalam keakuratan biaya produk perusahaan.
Kalkulasi biaya pesanan mungkin menjadi kurang berguna dalam penetapan yang terotomasi, karena lot menjadi sangat kecil untuk memperoleh pesanan pekerjaan (job order) yang unik pada setiap lot. Selain itu, perusahaan juga kurang menyukai pembuatan barang secara besar-besaran untuk persediaan, Sistem kalkulasi biaya job dan lot memudahkan pendekatan kalkulasi biaya proses dan operasi dalam manufaktur yang fleksibel.
Setelah barang melewati operasi manufaktur, akuntan menghitung biaya per unit produk untuk menentukan nilai persediaan. Variabel yang berbeda menyulitkan penentuan biaya produk dalam proses ini. Sebagai contoh, penambahan bahan dapat menyebabkan kenaikan biaya per unit atau unit yang dipertanggung-jawabkan. Adalah lebih sederhana jika bahan yang ditambahkan tidak meningkatkan unit terkait. Kenaikan unit yang dipertanggung-jawabkan yang berasal dari penambahan bahan mengharuskan kita menghitung kembali biaya per unit departemen sebelumnya untuk menyebarkan biaya ini kepada unit yang bertambah itu.
Perusahaan mengalami kehilangan unit dalam pemrosesan karena factor-faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti pendiutan atau penguapan. Manajemen harus menentukan batas toleransi normal untuk kehilangan yang diperkirakan. Setiap kehilangan yang melebihi batas tersebut merupakan kehilangan unit yang abnormal. Kalkulasi unit ekuivalen memasukkan unit yang hilang sehingga kehilangan unit itu  akan menanggung biaya. Biaya kehilangan unit yang abnormal merupakan biaya periode. Titik dimana inspeksi terjadi dan unit yang hilang terdeteksi, menentukan apakah baik persediaan akhir maupun unit yang ditransfer atau hanya unit yang ditransfer yang akan menerima biaya dari kehilangan unit yang normal. Metode ini menunjukkan biaya unit yang hilang memberikan insetif kepada manajemen agar lebih mengusahakan cara untuk mencegah kehilangan. Penggunaan konsep kerusakan nol yang meningkat juga mengurangi terjadinya kehilangan.


TEORY
Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit, dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Process costing biasanya bab signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA mendefinisikan process costing sebagai "Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa hasil dari urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirata-ratakan atas unit yang diproduksi selama periode". Process costing cocok untuk industri yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:
1.      Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus (intermitten);
2.      Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3.      Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory).

Dalam laporan pertanggung-jawaban untuk sistem biaya proses ini, terdiri dari 3 bagian yakni:
1.      Bagian pertama berisi informasi data produksi yang sekaligus laporan arus fisik. Perlu dipahami bahwa pengertian unit dalam bagian ini adalah unit ekuivalen.
2.      Bagian kedua berisi informasi total akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab Manajer Departemen  Produksi yang bersangkutan.
3.      Bagian ketiga berisi informasi bagaimana total biaya didistribusikan menjadi nilai dari barang dalam proses dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode pertama masih terdapat barang dalam proses pada akhir periode. Dimana barang dalam proses akhir periode pertama akan diberlakukan sebagai barang dalam proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada periode kedua sudah terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya produksi terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
a.      Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);
b.      Metode rata-rata (Average Method).
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.
Kalkulasi Metode FIFO
Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang ditambahkan pada periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru. Metode ini menghasilkan 2 angka biaya per unit:
a.      Persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan;
b.      Unit yang dimulai dan diselesaikan dalam periode yang sama.
Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit persediaan awal ditambahkan kebiaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya.
Kalkulasi Metode Rata-rata (Average)
Dalam kalkulasi atau penetapan biaya rata-rata dalam hal ini, berarti bahwa biaya persediaan awal barang dalam proses digabungkan dengan periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit yang ditransfer ke departemen berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang ditransfer dengan biaya akhir per unit.
Dalam metode rata-rata biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan biaya bahan, pekerja dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya per unit akan ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Perbandingan Metode FIFO dan Average
Kalkulasi biaya rata-rata dan kalkulasi biaya FIFO masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang lebih layak dan praktis.
Metode rata-rata umumnya lebih mudah untuk digunakan karena perhitungannya lebih mudah. Metode ini paling sesuai jika hanya bahan baku, biaya konversi dan tingkat persediaan stabil. Metode FIFO paling sesuai digunakan apabila tingkat harga bahan baku, biaya konversi atau tingkat persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih disukai untuk kepentingan pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap periode independen terhadap periode sebelumnya. Perbedaan mendasar diantara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang dihadapi dalam prosedur akuntansi biaya proses adalah:
a.      Penentuan kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
b.      Perhitungan biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang cermat;
c.       Industri yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya merupakan jenis industry yang banyak menghasilkan produk (heterogen).
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Dalam Proses terhadap Harga Pokok Produksi per Satuan.
a.      Hilang Awal Proses
b.      Hilang Akhir Proses

Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Persediaan Produk Dalam Proses Awal
  • Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai  diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
  • Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
 Metode Rata-Rata Tertimbang
  • Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
  • Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
  • Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
  • Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
  • Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok  produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
  1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan. Tambahan initi dak terpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
  1. Menambah jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Persediaan Produk Dalam Proses Awal
  • Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai  diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
  • Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.

Metode Rata-Rata Tertimbang
  • Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
  • Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
  • Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
  • Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
  • Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok  produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
  1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan
Tambahan ini tidak terpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
  1. Menambah jumlah produk yang dihasilkan
          Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K., Usri, Milton F., 2002, Cost Accounting 13th Edition, Thomson Learning, Singapore.
Carter, William K., Usri, Milton F., 2004, Cost Accounting 13th Edition (terjemahan), Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi, Drs, MSc, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Tunggal, Amin Wijaya, Drs., Ak., MBA., 2009, Pengantar Akuntansi Biaya (Ikhtisar Teori, Soal dan Jawab), Harvarindo, Jakarta.
Witjaksono, Armanto, 2006, Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar